Tampilkan postingan dengan label Filsafat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Filsafat. Tampilkan semua postingan

Kamis, 22 Desember 2016

Empirisme

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Tradisi pemikiran Barat dewasa ini merupakan paradigma bagi pengembangan budaya Barat dengan implikasi yang sangat luas dan mendalam di semua segi dari seluruh lini kehidupan. Memahami tradisi pemikiran Barat sebagaimana tercermin dalam pandangan filsafatnya merupakan kearifan tersendiri, karena kita akan dapat melacak segi-segi positifnya yang layak kita tiru dan menemukan sisi-sisi negatifnya untuk tidak kita ulangi.
Kemunculan sebuah pemikiran tidak bisa lepas dari nilai yang mempengaruhi dari peristiwa dan pemikiran yang hidup dan berkembang sebelumnya. Juga halnya dengan empirisme, konsep pengetahuan ini tidaklah berada para ruang hampa yang tidak mengakar pada realitas pemikiran sebelumnya.
Empirisme telah menyumbangkan banyak hal dalam ilmu pengetahuan. Kaum empiris mengkuduskan eksperimen dan pemahaman ilmiah, dan yang mengumumkan dengan sangat bangga bahwa mereka tidak mempercayai gagasan apapun selama belum ditetapkan dengan eksperimen dan dibuktikan dengan secara empirik.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian Empirisisme ?
2.      Apa saja pemikiran Empirisisme ?
3.      Siapa saja tokoh-tokoh Empirisisme ?
4.      Bagaimana Pengetahuan menurut Empirisisme ?
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui tentang pengertian Empirisisme.
2.      Untuk mengetahui apa saja pemikiran yang terdapat dalam Empirisisme.
3.      Untuk mengetahui beberapa tokoh Emppirisisme.
4.      Untuk mengetahui arti pengetahuan menurut Empirisisme.




BAB II
EMPIRISISME

A.    Pengertian Empirisisme
Empirisisme adalah suatu doktrin filsafat yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu sendiri dan mengecilkan peranan akal. Istilah Empirisisme diambil dari bahasa Yunani emperia yang berarti coba-coba atau pengalaman. Sebagai suatu doktrin, empirisisme adalah lawan rasionalisme.
Pada abad ke-20 kaum empiris cenderung menggunakan teori makna mereka pada penentuan apakah suatu konsep diterapkan dengan benar atau tidak, bukan pada asal usul pengetahuan. Bagi orang empiris, jiwa dapat dipahami sebagai gelombang pengalaman kesadaran, materi sebagai pola (pattern) jumlah yang dapat diindera, dan hubungan kausalitas sebagai urutan peristiwa yang sama. ( Prof.Dr.Tafsir,Ahmad.2009:173-174)
Beberapa pemahaman tentang pengertian empirisme cukup beragam, namun intinya adalah pengalaman. Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman manusia. Empirisme menolak anggapan bahwa manusia telah membawa fitrah pengetahuan dalam dirinya ketika dilahirkan. Empirisme lahir di Inggris dengan tiga eksponennya yaitu David Hume,George Berkeley dan John Lock.
Menurut A.R. Lacey berdasarkan akar katanya empirisme adalah aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa pengetahuan secara keseluruhan atau parsial didasarkan pada pengalaman yang menggunakan indera.
Para penganut aliran empiris dalam berfilsafat bertolak belakang dengan para penganut aliran rasionalisme. Mereka menentang pendapat-pendapat para penganut rasionalisme yang didasarkan atas kepastian-kepastian yang bersifat apriori. Menurut pendapat penganut empirisme,metode ilmu pengetahuan itu bukanlah bersifat apriori tetapi posteriori yaitu metode yang berdasarkan atas hal-hal yang datang,terjadinya atau adanya kemudian.
Bagi penganut empirisme sumber pengetahuan yang memadai adalah pengalaman. Maksudnya,pengalaman lahir yang menyangkut dunia dan pengalaman batin yang menyangkut pribadi manusia. Sedangkan akal manusia hanya berfungsi  dan bertugas untuk mengatur dan mengolah bahan-bahan atau data yang diperoleh melalui pengalaman.

B.     Pemikiran Empirisisme
Beberapa pemikiran dalam empirisme :
1.  Pandangan bahwa semua ide atau gagasan merupakan abstraksi yang dibentuk dengan menggabungkan apa yang dialami.
2.  Pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan dan bukanlah akal atau rasio.
3.    Semua yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada data inderawi.
4.   Semua pengetahuan turun secara langsung atau disimpulkan secara tidak langsung dari data inderawi (kecuali beberapa kebenaran definisional logika dan matematika).
5.   Akal budi sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan tentang realitas tanpa acuan pada pengalaman inderawi dan penggunakan indera kita. Akal budi mendapat tugas untuk mengolah bahan-bahan yang diperoleh dari pengalaman.
6.   Empirisme sebagai filsafat pengalaman,mengakui bahwa pengalaman sebagai satu-satunya sumber pengetahuan.
7. Ada dua ciri pokok empirisme, yaitu mengenai teori tentang makna dan teori tentang pengetahuan.
Teori makna pada aliran empirisme biasanya dinyatakan sebagai teori tentang asal pengetahuan, yaitu asal-usul idea atau konsep. Pada abad pertengahan teori ini diringkas dalam rumus Nihil est in intellectu quod non prius fuerit in sensu (tidak ada sesuatu di dalam pikiran kita selain didahului oleh pengalaman). Sebenarnya pernyataan ini merupakan tesis Locke yang terdapat dalam bukunya, An Essay Concerning Human Understanding, yang dikeluarkannya tatkala ia menentang ajaran idea bawaan (innate idea) pada orang-orang rasionalis. Jiwa (mind) itu, tatkala orang dilahirkan, keadaannya kosong, laksana kertas putih atau tabula rasa, yang belum ada tulisan di atasnya, dan setiap idea yang diperolehnya mestilah datang melalui pengalaman; yang dimaksud dengan pengalaman di sini ialah pengalaman inderawi. Atau pengetahuan itu datang dari observasi yang kita lakukan terhadap jiwa (mind) kita sendiri dengan alat yang oleh Locke disebut inner sense (pengindera dalam).[10]
Pada abad ke-20 kaum empiris cenderung menggunakan teori makna mereka pada penentuan apakah suatu konsep diterapkan dengan benar atau tidak, bukan pada asal-usul pengetahuan. Salah satu contoh penggunaan empirisme secara pragmatis ini ialah pada Charles Sanders Peirce dalam kalimat “Tentukanlah apa pengaruh konsep itu pada praktek yang dapat dipahami kemudian konsep tentang pengaruh itu, itulah konsep tentang objek tersebut”.
Filsafat empirisme tentang teori makna amat berdekatan dengan aliran positivisme logis (logical positivism) dan filsafat Ludwig Wittgenstein. Akan tetapi, teori makna dan empirisme selalu harus dipahami lewat penafsiran pengalaman. Oleh karena itu, bagi orang empiris jiwa dapat dipahami sebagai gelombang pengalaman kesadaran, materi sebagai pola (pattern) jumlah yang dapat diindera, dan hubungan kausalitas sebagai urutan peristiwa yang sama.
Teori kedua, yaitu teori pengetahuan, dapat diringkaskan sebagai berikut: Menurut orang rasionalis ada beberapa kebenaran umum, seperti “setiap kejadian tentu mempunyai sebab”, dasar-dasar matematika dan beberapa prinsip dasar etika, dan kebenaran-kebenaran itu benar dengan sendirinya yang dikenal dengan istilah kebenaran apriori yang diperoleh lewat intuisi rasional. Empirisme menolak pendapat itu. Tidak ada kemampuan intuisi rasional itu. Semua kebenaran yang disebut tadi adalah kebenaran yang diperoleh lewat observasi jadi ia kebenaran a posteriori.
C.    Tokoh-Tokoh  Empirisisme
1.      John Locke (1632-1704 M)
John termasuk orang yang mengagumi Decrates, teteapi ia tidak menyetujui ajarannya. Bagi Locke mula-mula rasio manusia harus dianggap sebagai “lembaran kertas putih” (as a white paper) dan seluruh isinya berasal dari pengalaman. Bagi Locke pengalaman ada dua,yaitu pengalaman lahiriah (sensation) dan pengalaman batiniah (reflection). Kedua sumber pengalaman ini menghasilkan ide-ide tunggal. Roh manusia bersifat pasif  dalam menerima ide-ide tersebut.  (Hakim,Atang Ab. Saebani,Beni A.,2008:271)
Buku Locke Essay Conecerning Human Understanding (1689 M) ,yaitu semua pengetahuan datang dari pengalaman. Ini berarti tidak ada yang dapat dijadikan idea untuk konsep tentang sesuatu yang berada dibelakang pengalaman,tidak ada idea yang diturunkan seperti yang diajarkan Plato.
Faktor bawaan (innate) itu tidak ada, argumennya adalah:
1. Dari jalan masuknya pengetahuan kita mengetahui bahwa innate itu tidak ada. Pengetahuan datang melalui daya-daya yang alamiah tanpa bantuan kesan-kesan bawaan.
2. Persetujuan umum adalah argumen yang terkuat. Tidak ada sesuatu yang dapat disetujui oleh umum tentang adanya innate idea itu sebagai suatu daya yang inhern.
3. Persetujuan umum membuktikan tidak adanya innate idea.
4. Apa innate idea itu sebernya tidaklah mungkin diakui dan sekaligus juga tidak diketahui adanya. Bukti-bukti yang mengatakan ada innate idea justru sebagai alasan untuk mengatakan ia tidak ada.
5. Tidak juga dicetakkan (ditempelkan) pada jiwa sebab pada anak idiot, idea innate itu tidak ada. Padahal anak normal dan anak idiot sama-sama berpikir.
Bedasarkan asas-asas teori pengenalan, dalam etikanya Locke menolak adanya pengertian keberhasialan yang tidak menjelaskan bawaan tabiat manusia. Apa yang menjadi bawaan tabiat kita hanyalah kecenderungan- kecenderungan yang menguasai perbuatan-perbuatan kita. Segala kecenderungan itu dapat di kombinasikan kepada usaha untuk mendapatkan kebahagian.
Kesimpulan Locke adalah subtance is we know not what. Tentang subtansi kita tidak tahu apa-apa. Ia mengetahui menyatakan bahwa apa yang dianggapnya subtansi ialah pengertian tentang obyrk sebagai idea tentang obyek itu dibentuk oleh jiwa berdasarkan masukan dari indera.(Prof.Dr.Ahmad,Tafsir.2009:175-176)
2.      David Hume (1711-1776 M)
Menurut para penulis sejarah filsafat,empirisme berpuncak pada David Hume,sebab ia menggunakan prinsip-prinsip empiristis dengan cara yang paling radikal,terutama pengertian substansi dan kausalitas (hubungan sebab akibat) yang menjadi objek kritiknya. Ia tidak menerima substansi ,sebab yang dialami ialah kesan-kesan saja tentang beberapa ciri yang selalu terdapat bersama-sama. Akan tetapi,atas dasar pengalaman tidak dapat disimpulkan bahwa dibelakang ciri-ciri itu masih ada suatu substansi tetap.
Solomon menyebut Hume sebagai ultimate skeptic,skeptic tingkat tertinggi. Ia dibicarakan disini sebagai sebagai seorang skeptis dan terutama sebagai seorang empiris. Menurut Bertrans Russsel,yang tidak dapat diragukan lagi pada Hume ialah ia seorang skeptis.
Buku Hume,Tretise Of Human Nature (1739 M),ditulisnya tatkala ia masih muda,yaitu tatkala ia berumur dua puluh tahunan. Buku ini tidak banyak menaarik perhatian seseorang,karenanya Hume pindah ke subjek lain,lalu ia menjadi seorang yang terkenal sebagai sejarawan. Kemudian,pada tahun 1748 M,ia menulis buku An Enquiry Concerning Human Understanding. Baik Treatise maupun Enquiry  kedua-duanya menggunakan metode empirisme,sama dengan John Locke. (Hakim,Atang Ab. Saebani,Beni A.,2008:274)
3.      Herbert Spencer (1820-1903 M)
Filsafat Herbert Spencer berpusat pada teori evolusi. Sembilan tahun sebelum terbit karya Darwin yang terkenal, The Origen of Species (1859 M). Spencer sudah menerbitkan bukunya tentang teori evolusi. Empirismenya terlihat jelas dalam filsafatnya tentang the great unknowable. Menurut Spencer,kita hanya dapat mengenali fenomena-fenomena atau gejala-gejala. Memang benar di belakang gejala-gejala itu ada suatu dasar absolute,tetapi yang absolute itu tidak dapat kita kenal. Secara prinsip,pengenalan kita hanya menyangkut relasi-relasi anatara gejala-gejala. Dibelakang gejala-gejala ada sesuatu yang oleh Spencer disebut yang tidak diketahui (the great unknowable). Sudah jelas menurut Spencer,metafisika menjadi tidak mungkin. (Hakim,Atang Ab. Saebani,Beni A.,2008:274)
Spencer mengatakan bahwa idea-idea keilmuan pada akhirnya adalah penyajian realitas yang tidak dapat dipahami,sehingga menjadi teka-teki besar. (Hakim,Atang Ab. Saebani,Beni A.,2008:274)
4.      Francis Bacon (1210-1292 M)
Menurut Francis Bacon, pengetahuan yang sebenarnya adalah pengetahuan yang diterima orang melalui persentuhan indrawi dan dunia fakta. Pengalaman merupakan sumber pengetahuan sejati. Pengetahuan haruslah dicapai dengan induksi.
5.      Thomas Hobbes (1588-1679 M)
Filsafat Hobbes menghasilkan suatu sistem yang lengkap mengenai keterangan tentang “yang ada” secara mekanis.
a.       Filsafat materialisme
Segala sesuatu yang ada itu bersifat bendawi. Maksudnya segala sesuatu yang tidak bergantung kepada gagasan kita. Doktrin atau ajarannya menyatakan bahwa segala kejadian adalah gerak,yang berlangsung karena keharusan.
b.      Manusia
Manusia tidak lebih dari suatu bagian dalam bendawi yang mengelilinginya. Oleh karena itu,segala sesuatu yang terjadi pada diri manusiapun dapat diterangkan seperti cara-cara yang terjadi pada kejadian alamiah,yaitu secara mekanis.
c.       Jiwa
Jiwa baginya merupakan kompleks dari proses-proses mekanis didalam tubuh. Akal bukanlah pembawaan,malainkan hasil perkembangan karena kerajinan.
d.      Teori pengenalan
Sebagai penganut empirisme,pengenalan atau pengetahuan menurut Hobbes diperoleh karena pengalaman . pengalaman adalah awal dari segala pengetahuan,juga awal pengetahuan tentang asas-asas yang diperoleh dan diteguhkan oleh pengalaman. (Hakim,Atang Ab. Saebani,Beni A.,2008:269)
6.      George Barkeley (1665-1753 M)
Menurutnya,ide-ide membuat saya melihat suatu dunia materiil. Barkeley mengakui bahwa aku merupakan suatu substansi rohani. Ia juga mengakui adanya Allah,sebab Allah-lah merupakan asal-usul ide-ide yang saya lihat. Jika kita mengatakan bahwa Allah menciptakan dunia,yang kita maksud bukan berarti ada suatu dunia di luar kita,melainkan bahwa Allah memberi petunjuk atau mempertunjukkan ide-ide kepada kita. Jika kita memahami perbandingan wujud ini dengan film seperti di atas tadi,maka boleh kita teruskan bahwasannya Allah-lah yang memutar film itu dalam batin kita. (Hakim,Atang Ab. Saebani,Beni A.,2008:273)
D.    Pengetahuan Menurut Empirisisme
Teori pengetahuan menyatakan bahwa pengetahuan berbasis pada pengalaman. Jika sekedar pengalaman teoritis,belum menjadi pengetahuan yang benar. (Hakim,Atang Ab. Saebani,Beni A.,2008:267)
Tiap-tiap pengetahuan itu terjadi dari kerja sama antara sensation dan reflections. Tetapi haruslah ia mulai dengan sensation sebab jiwa manusia itu waktu dilahirkan merupakan yang putih bersih; tabula rasa, tak ada bekal dari siapa pun yang merupakan ide innatae.
Seluruh pengetahuan kita peroleh dengan jalan menggunakan dan membandingkan gagasan-gagasan yang diperoleh dari pengindraan dan refleksi. Akal manusia hanya merupakan tempat penampungan yang secara pasif menerima hasil penginderaan kita. Menurut Locke kita tidak melihat pohon atau orang atau mendengar bunyi sangkakala melainkan kita melihat kesan inderawi pada retina yang disebabkan oleh apa yng kita lihat sebagai pohon. Kita mendengarkan reaksi selaput kuping terhadap getaran-getaran udara yang disebabkan oleh peniupan sangkakala.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Empirisisme adalah suatu doktrin filsafat yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu sendiri dan mengecilkan peranan akal. Istilah Empirisisme diambil dari bahasa Yunani emperia yang berarti coba-coba atau pengalaman. Sebagai suatu doktrin, empirisisme adalah lawan rasionalisme.
Beberapa pemikiran dalam empirisme :
1.      Pandangan bahwa semua ide atau gagasan merupakan abstraksi yang dibentuk dengan menggabungkan apa yang dialami.
2.      Pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan dan bukanlah akal atau rasio.
3.      Semua yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada data inderawi.
4.      Semua pengetahuan turun secara langsung atau disimpulkan secara tidak langsung dari data inderawi (kecuali beberapa kebenaran definisional logika dan matematika).
5.      Akal budi sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan tentang realitas tanpa acuan pada pengalaman inderawi dan penggunakan indera kita. Akal budi mendapat tugas untuk mengolah bahan-bahan yang diperoleh dari pengalaman.
6.      Empirisme sebagai filsafat pengalaman,mengakui bahwa pengalaman sebagai satu-satunya sumber pengetahuan.
7.      Ada dua ciri pokok empirisme, yaitu mengenai teori tentang makna dan teori tentang pengetahuan.
Tokoh-tokoh dalam empirisme antara lain adalah John Locke, David Hume, Herbert Spencer, Francis Bacon, Thomas Hobbes, George Barkeley.
Teori pengetahuan menyatakan bahwa pengetahuan berbasis pada pengalaman. Jika sekedar pengalaman teoritis,belum menjadi pengetahuan yang benar.
B.     Saran
Empirisme memiliki banyak kekurangan dalam mengkaji berbagai informasi dan ilmu pengtahuan yang lainnya tanpa disandingkan dengan paham-paham yang lainnya. Jadi, jangan sampai kita hanya mengetahui ilmu pengetahuan tentan empirisme saja.
DAFTAR PUSTAKA

Prof.Dr. Tafsir, Ahmad. 2009. Filsafat Umum. Bandung. PT Remaja Rosdakarya
Achmadi, Asmoro. 2013. Filsafat Umum. Jakarta. Rajawali Press
Hakim,atang Ab., dan Saebani, Beni A.2008. Filsafat Umum. Bandung. CV Pustaka Setia
Dr.Ismail, Fuad Farid & Abdul Hamlid Mutawalli. 2012.Cara mudah belajar filsafat.Yogjakarta.