Kamis, 22 Desember 2016

Sikap (Attitude)

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang unik karena memiliki perbedaan dengan makhluk lain. Sikap (attitude) merupakan konsep paling penting dalam psikologi sosial yang membahas unsur sikap baik sebagai individu maupun kelompok. Banyak psikolog dan sosiolog memberi batasan bahwa sikap merupakan kecenderungan individu untuk merespon dengan cara yang khusus terhadap stimulus yang ada dalam lingkungan sosial.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas muncul beberapa rumusan masalah yaitu :
1.      Apa pengertian sikap?
2.      Apa saja ciri-ciri sikap?
3.      Faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi sikap?
4.      Bagaimana proses perubahan dan pembentukan sikap?
5.      Apa saja pengaruh kebudayaan terhadap sikap  dan kepribadian manusia?
C.    Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah dapat diketahui tujuan pembahasan materi ini yaitu :
1.      Untuk mengetahui apa pengertian dari sikap.
2.      Untuk mengetahui apa saja ciri-ciri dari sikap.
3.      Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi sikap.
4.      Untuk mengetahui bagaimana proses perubahan dan pembentukan sikap.
5.      Untuk mengetahui apa saja pengaruh kebudayaan terhadap sikap  dan kepribadian manusia.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Sikap
Sikap (attitude) adalah kesiapan seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. Menurut Charles Bird sikap sebagai suatu yang berhubungan dengan penyesuaian diri seseorang kepada aspek-aspek lingkungan sekitar yang dipilih atau kepada tindakannya sendiri. Bahkan lebih luas lagi sikap dapat diartikan sebagai prediksi (kecenderungan jiwa) atau orientasi kepada suatu masalah,institusi dann orang lain.
Sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial  dengan perasaan tertentu didalam menanggapi objek situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya.
Menurut F.H. Allport,sikap adalah suatu persiapan berpindah/berbuat dalam suatu arah tertentu. Sikap dibedakan menjadi dua,yakni sikap individual dan sikap sosial. Sikap merupakan tendensi (kecenderungan) atau orientasi,maka ia dapat mengatasi perubahan melalui pengalaman atau pendidikan. Sikap itu bisa bersifat positif,artinya kalau sesuatu hal itu yang menyenangkan,maka kecenderungan untuk mendekati atau mengharapkan; sedangkan kalau sesuatu itu yang negatif maka cenderung dijauhi,dibenci dan tidak menyukai objek tersebut. (Nurjanah,2013:213)

B.     Ciri-Ciri Sikap
1.      Dalam sikap selalu ada hubungan subjek-objek.
2.      Sikap tidak dibawa sejak lahir,melainkan dipelajari dan dibentuk melalui pengalaman-pengalaman.
3.      Karena sikap itu dipelajari,maka sikap itu berubah-ubah sesuai dengan keadaan lingkungan disekitar individu yang bersangkutan pada saat yang berbeda.
4.      Dalam sikap mengandung juga faktor motivasi dan perasaan.
5.      Sikap tidak menghilang walaupun kebutuhan sudah terpenuhi.
6.      Sikap bukan hanya satu macam,melainkan bermacam-macam sesuai dengan banyaknya objek yang diperhatikan proses pembentukan dan perubahan sikap. (Nurjanah,2013:214)

C.     Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap
Proses belajar sosial terbentuk dari interaksi sosial. Dalam interaksi sosial,individu membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi sikap,diantaranya:
1.      Pengalaman pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap,pengalaman pribadi harus meninggalkan kkesan yang kuat. Karena itu,sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut  mellibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi,penghayatan akan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama membekas.
2.      Kebudayaan
B.F. Skinner menekankan pengaru lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam membentuk kepribadian seseorang.  Kepribadian tidak lain dari pada pola perilaku yang konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcement (penguatan,ganjaran) yang dimiliki. Pola reinforcement dari masyarakat untuk sikap dan perilaku tersebut,bukan untuk sikap dan perilaku yang lain.
3.      Orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya,individu bersikap konformis atau searah dengan sikap orang-orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.
4.      Media massa
Sebagai sarana komunikasi,berbagai media massa seperti televisi, radio,koran internet dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa informasi tersebut apabila cukup kuat,akan memberi dasar afektif dalam mengekspresikan dan menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu. (http://www.hanadwiutami.wordpress.com)

D.    Proses Perubahan dan Pembentukan Sikap
1.      Adopsi,kejadian atau peristiwa yang berulang-ulang,lama kelamaan secara berangsur disserap kedalam diri individu dan akan mempengaruhi terbentuknya sikap.
2.      Diferesi,karena perkembangannya,maka ada hal yang tadinya dianggap sejenis,sekarang dipandang lepas dari jenisnya.
3.      Integrasi,pembentukan sikap ini secara bertahap mulai dari pengalaman,sehingga akhirnya terbentuk sikap mengenai hal tersebut.
4.      Trauma,yaitu pengalaman yang tiba-tiba mengejutkan yang meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan.
Dalam menghadapi suatu permasalahan,biasanya kebanyakan orang mengambil  sikap jalan pintas dan jika mendapat kesulitan maka langsung berputus asa. (Nurjanah,2013:214)

E.     Pengaruh Kebudayaan Terhadap Sikap dan Kepribadian Manusia
Faktor kebudayaan sangat berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian manusia. Dalam kebudayaan itu terdapat norma-norma dan  nilai-nilai yang mengatur tingkah laku manusia dalam masyarakat. Kepribadian tidak dapat dipahami terlepas dari nilai-nilai dan norma-norma kebudayaan tersebut karena hakikatnya kepribadian adalah susunan daripada aturan tingkah laku dalam pola respons dan konsisten. Tingkah laku sebagai bentuk manifestasi kepribadian dapat dikatakan normal atau abnormal tergantung pada kesesuaiannya dengan aturan-aturan sosial yang ada atau kesesuaiannya dengan norma-norma kebudayaan dari masyarakatnya. Dari sudut pandang inilah maka ketidakmampuan menyesuaikan diri dalam lingkungan kebudayaan tertentu mungkin dalam kebudayaann lainnya dipandang cukup mampu menyesuaikannya.
 Oleh para ahli psikologi pengaruh kebudayaan terhadap sikap dan tingkah laku serta kepribadian manusia telah diselidiki sedemikian luasnya sehingga ditemukan kenyataan bahwa peranan kebudayaan dalam pembentukan sikap,tingkah laku dan kepribadian itu terletak dalam satu sistem orientasi yang oleh Kardiner disebut sistem integratif. Alam sistem itu manusia memperoleh kemungkinan untuk mengorganisasikan sikap dan tingkah laku terhadap sistem ide dan perbuatan yang relatif mantap.
Adapun sistem integratif tersebut adalah:
1.      Sistem rasional,yakni berupa metode pengendalian yang dapat membentuk serta memanfaatkan ilmu pengetahuan,teknologi dan science. Tugas pokok daripada lingkungan alam serta membentuk benda atau bentuk-bentuk alamiah yang tak bermanfaat menjadi bermanfaat bagi manusia dan masyarakat.
2.      Sistem kepercayaan,yaitu semua ide-ide yang bersifat mutlak yang berfungsi untuk menyesuaikan anggota-anggota kelompok/masyarakat dengan wilayah kehidupan yang tak dapat dimanipulasikan oleh teknologi atau skill yakni menyangkut alam gaib. Sistem kepercayaan itu terdiri dari konsepsi kehidupan seperti agama,adat istiadat,methodologi dan termasuk sistem upacara seperti upacara sembahyang,upacara kematian dan sebagainya.
3.      Ideologi sosial,yaitu berupa ide dan nilai-nilai yang menyatakan adanya hubungan kekuasaan diantara anggota/kelompok masyarakat. Ide dan nilai tersebut mengatur hubungan manusia dengan yang lainnya dan menciptakan tingkatan tertentu dari kedekatan hubungan tersebut. Ia mengontrol sistem rasional di atas serta menetapkan pembagian tugas anggota masyarakat,juga mengatur distribusi barang-barang kebutuhan anggota masyarakat,dimana tujuan utamanya adalah untuk membina kesejahteraan sosial.
Oleh karenanya,dengan ketiga sistem tersebut manusia akan mampu mempertahankan hidupnya. Ketiga sistem tersebut meliputi tiga aspek kehidupan manusia yaitu aspek penembangan kecerdasan dalam lapangan hidup,aspek pengembangan kehidupan pribadi dalam hubungan vertikal dengan Tuhannya melalui emosi dan konasi dan aspek pengembangan hidup kemasyarakatannya melalui pikiran dan perasaan sosialnya. Dengan demikian kemampuan individualitas,sosialitas dan moralitas manusia berkembang dalam ketiga sistem tersebut.
Dalam hubungan dengan pengaruh kebudayaan terhadap sikap dan tingkah laku serta kepribadian manusia telah banyak diselidiki oleh ahli-ahli antropologi yang bekerja atas dasar teori psikologi,seperti : Kardiner, Kluckohn,Margarethmend, Raymon Firth dan sebagainya. Ada pembagian sikap yang salah satunya adalah : sikap terbuka,sikap tebuka amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi interfersonal yang efektif. Lawan dari sikap terbuka adalah dogmatisme,sehingga untuk memahami sikap terbuka kita harus mengidentifikasikan dogmatisme sebagai “(a). Relatively closed cognitive organization of beliefs and disbeliefs about reality, (b). Organized around a central set of beliefs about absolute authority which in turn, (c). Provedes a frame work for patters\ns of inteleranci toward others”. Rokeach yang kemudian memperjelas pikirannya dalam bukunya “the open and cloend mind” (1960),menegaskan pengaruh dogmatisme terhadap proses pemerintahan dan pengolahan informasi. Dengan menggunakan brooks dan emmert (1977) sebagai rujukan,karakteristik orang yang bersikap terbuka dikontraskan dengan karakteristik orang tertutup. (Nurjanah,2013:215)


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial  dengan perasaan tertentu didalam menanggapi objek situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya.
Ciri-Ciri Sikap
1.      Dalam sikap selalu ada hubungan subjek-objek.
2.      Sikap tidak dibawa sejak lahir,melainkan dipelajari dan dibentuk melalui pengalaman-pengalaman.
3.      Karena sikap itu dipelajari,maka sikap itu berubah-ubah sesuai dengan keadaan lingkungan disekitar individu yang bersangkutan pada saat yang berbeda.
4.      Dalam sikap mengandung juga faktor motivasi dan perasaan.
5.      Sikap tidak menghilang walaupun kebutuhan sudah terpenuhi.
6.      Sikap bukan hanya satu macam,melainkan bermacam-macam sesuai dengan banyaknya objek yang diperhatikan proses pembentukan dan perubahan sikap.
Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi sikap,diantaranya: pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa.
Proses perubahan dan pembentukan sikap meliputi: adopsi,diferesi,integrasi dan trauma.
Oleh para ahli psikologi pengaruh kebudayaan terhadap sikap dan tingkah laku serta kepribadian manusia telah diselidiki sedemikian luasnya sehingga ditemukan kenyataan bahwa peranan kebudayaan dalam pembentukan sikap,tingkah laku dan kepribadian itu terletak dalam satu sistem orientasi yang oleh Kardiner disebut sistem integratif. Alam sistem itu manusia memperoleh kemungkinan untuk mengorganisasikan sikap dan tingkah laku terhadap sistem ide dan perbuatan yang relatif mantap.

DAFTAR PUSTAKA
Nurjanah.2013. Psikologi Umum. Ciamis. IAID

http://www.hanadwiutami.wordpress.com

Lingkungan Pendidikan Keluarga

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
       Pendidikan adalah suatu proses bantuan yang diberikan kepada peserta didik guna menumbuhkan dan mengembangkan jasmani maupun rohani secara optimal untuk mencapai tingkat kedewasaan. Pendidikan dapat dibedakan menjadi 2 macam,yaitu pendidikan formal dan pendidikan informal. Pendidikan formal yaitu suatu pendidikan yang mengajarkan pengetahuan umum dan pengetahuan-pengetahuan yang bersifat terprogram, terstruktur dan berlangsung di persekolahan  dalam rangka mempersiapkan anak untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu. Sedangkan pendidikan informal yaitu pendidikan yang bersifat tidak terprogram, tidak terstruktur dan berlangsung kapanpun dan dimana pun  dalam rangka mempersiapkan anak untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu.
Selanjutnya, berbicara tentang pendidikan yaitu berbicara tentang bagaimana membentuk karakter manusia bagaimanapun caranya menjadi apa yang diinginkan. Sedangkan karakter akan terbentuk oleh berbagai faktor yang ada, dan di antaranya adalah lingkungannya. Setiap orang memiliki karakter yang berbeda, disebabkan oleh karena mereka tumbuh di lingkungan yang berbeda. Jadi dapat dikaitkan bahwa dominasi lingkungan  sangat berpengaruh pada pendidikan seseorang. Adapun, lingkungan pendidikan salahsatunya yaitu lingkungan keluarga.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas muncul beberapa rumusan masalah yaitu :
1.      Bagaimana konsep keluarga?
2.      Apa saja fungsi keluarga sebagai salahsatu lingkungan pendidikan?
3.      Bagaimana perubahan fungsi keluarga?
4.      Bagaimana keluarga sebagai lingkungan pendidikan?

C.    Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah dapat diketahui tujuan pembahasan materi ini yaitu :
1.         Mengetahui bagaimana konsep keluarga itu.
2.      Mengetahui tentang fungsi keluarga sebagai salahsatu lingkungan pendidikan.
3.      Mengetahui perubahan fungsi keluarga.
4.      Mengetahui bagaimana keluarga sebagai lingkungan pendidikan. 
D.    Manfaat
Penulisan makalah ini mempunyai manfaat sebagai berikut :
1.      Menambah wawasan tentang  pengantar ilmu pendidikan
2.      Meningkatkan pemahaman tentang materi pengantar ilmu pendidikan tentang lingkungan sekolah.




BAB II
PEMBAHASAN

A.KONSEP KELUARGA
Secara Etimologis, kata keluarga berasal dari dua kata yaitu kawula dan warga. Kawula berarti hamba dan warga berarti anggota, jadi pengertian keluarga adalah suatu kesatuan (unit) dimana anggota–anggotanya mengabdikan diri kepada kepentingan dan tujuan unit tersebut.
Horton dan Hunt yang dikutip oleh Tisna Amidaja (Sadulloh,2007:173) mendefinisikan keluarga adalah “suatu kelompok yang mempunyai nenek moyang yang sama, suatu kelompok kekerabatan yang disatukan oleh darah atau perkawinan, pasangan perkawinan dengan atau tanpa anak, dan satu orang anak dengan beberapa anak”. F.J Brown dalam M.I Soelaeman (Sadulloh,2007:174) pengertian keluarga ditinjau dari sudut pandang sosiologis.” Dalam arti sempit keluarga merupakan orangtua dan anak-anaknya. Dalam arti luas keluarga meliputi semua pihak yang ada hubungan darah atau keturunan.” Menurut Undang – undang no 10 tahun 1992, yaitu “keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.”
Ditinjau dari sudut pandang pedagogis, keluarga adalah suatu persekutuan hidup yang dijalani rasa kasih sayang diantara dua jenis manusia, yang bermaksud untuk saling menyempurnakan diri, terkandung juga kedudukan dan fungsi sebagai orang tua. Jadi,dapat disimpulkan bahwa suatu keluarga dapat dikatakan keluarga lengkap apabila keluarga tersebut terdiri atas ayah, ibu, dan anak.
M.I Soelaeman (Sadulloh,2007:174) mengemukkan pendapat Mc.Iver tentang ciri-ciri keluarga yaitu: 1) hubungan berpasangan kedua jenis (pria dan wanita),2) perkawinan atau bentuk ikatan lain yang mengokohkan hubungan tersebut,3) pengakuan akan keturunan,4) kehidupan ekonomis yang diselenggarakan dan dinikmati bersama,5)kehidupan rumah tangga.Ditinjau dari sudut pandang pedagogis,M.I Soelaeman (1994:12) “ciri hakiki suatu keluarga adalah suatu persekutuan hidup yang dijalani kasih sayang antara pasangan dua jenis manusia yang dikukuhkan dengan pernikahan yang sah,bermaksud untuk saling menyempurnakan diri. Dalam menyempurnakan diri tersebut terkandung pengungkapan peran dan fungsi orang tua.”Keluarga merupakan lingkungan yang pertama bagi anak yang memberikan sumbangan bagi perkembangan dan pertumbuhan mental maupun fisik anak dalam kehidupannya”.
Melalui interaksi dalam keluarga, anak tidak hanya mengidentifikasikan diri dengan kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya. Dalam kaitannya dengan pendidikan,keluarga merupakan salah satu lembaga pendidikan yang diselenggarakan di non formal. Pendidikan yang diselenggarakan dalam keluarga dapat digolongkan kedalam jenis pendidikan yang bersifat informal. Hal ini bukan berarti bahwa kedudukan keluarga sebagai lembaga pendidikan kurang penting, bahkan sebaliknya keluarga dianggap sebagai lembaga pendidikan yang pertama dan utama bagi anak. Disebut sebagai lingkungan pendidikan pertama,karena pada umumnya setiap anak dilahirkan dan kemudian dibesarkan pada awal pertama dalam lingkungan keluarga. Kemudian disebut sebagai lingkungan pendidikan yang utama bagi anak,karena keberhasilan pendidikan anak dalam keluarga ketika anak berada dalam usia dini yang dikenal juga sebagai usia emas (golden age),akan sangat berpengaruh pada keberhasilan pendidikan pada periode perkembangan anak berikutnya.
Dalam Undang- undang sistem pendidikan nasional no 20 tahun 2003 bab I pasal I ayat 13, yang menyebutkan bahwa :”pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan”. Peraturan pemerintah no 73 tahun 1991:”Pendidikan non formal yang sangat mendasar sifatnya adalah pendidikan keluarga. Meskipun pendidikan keluarga sangat penting bahkan meletakkan dasar–dasar kesiapan hidup sebagai anggota masyarakat pengaturannya merupakan wewenang keluarga bersangkutan.”



B.                 FUNGSI KELUARGA

Keluarga berfungsi untuk membekali setiap anggota keluarganya agar dapat hidup sesuai dengan tuntutan nilai– nilai religius,pribadi, dan lingkungan. M.I Soelaeman (Sadulloh,2007:175) mengemukakan beberapa fungsi keluarga sebagai berikut:

a)     Fungsi Edukasi
Fungsi ini mengarahkan keluarga sebagai wahana pendidikan pertama dan utama bagi anak–anaknya agar dapat menjadi manusia yang sehat, tangguh, mau dan mandiri,sesuai dengan tuntutan kebutuhan pembangunan yang semakin tinggi. Dalam arti mereka menjadi manusia yang matang dan dapat bertanggung jawab juga dapat dipertanggungjawabkan oleh masyarakatnya.

b)    Fungsi sosialisasi anak
Dalam fungsi ini menunjukkan bahwa keluarga memiliki tugas untuk mengantarkan dan membimbing anak agar anak dapat beradaptasi dengan kehidupan sosial (masyarakat) yang lebih luas, sehingga kehadirannya akan diterima bahkan mungkin dinantikan oleh masyarakat luas, karena banyak memiliki manfaat bagi orang lain yang ada di lingkungan masyarakatnya. Keluarga memiliki kedudukan sebagai penghubung anak dengan kehidupan sosial, meliputi penerangan, penyaringan nilai–nilai dan penafsirannya kedalam bahasa yag dimengerti anak. Keluarga merupakan lembaga sosial dimana si anak mengadakan proses sosialisasi (belajar sosial atau mempelajari nilai – nilai sosial) yang pertama dalam kehidupannya.

c)     Fungsi proteksi
Fungsi ini mengarahkan dan mendorong keluarga agar berfungsi sebagai wahana atau tempat memperoleh rasa aman, nyaman, damai,dan tentram bagi seluruh anggota keluarga sehingga terpenuhi kebahagiaan batin, juga secara fisik keluarga harus melindungi anggota keluarganya supaya tidak kelaparan, kehausan, kedinginan, kepanasan, kesakitan, dll. Perlindungan mental dimaksudkan supaya orang itu tidak kecewa (frustasi) karena memiliki konflik yang mendalam dan berkelanjutan, yang disebabkan kurang pandai mengatasi masalah hidupnya. Perlindungan moral perlu dilakukan supaya anggota keluarga itu menghindarkan diri dari perbuatan jahat dan buruk. (Sadulloh,dkk,2007:176).

d)    Fungsi afeksi(perasaan)
Fungsi ini diarahkan untuk mendorong keluarga sebagai wahana untuk menumbuhkan dan membina rasa cinta dan kasih sayang antara sesama anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya. Selain itu keluarga harus dapat menjalankan tugasnya menjadi lembaga interaksi dalam ikatan batin yang kuat antar anggotanya,sesuai dengan status peranan sosial masing – masing dalam kehidupan keluarga itu. Ikatan batin yang dalam dan kuat ini harus dapat dirasakan oleh setiap anggota keluarga sebagai bentuk kasih sayang. Kasih sayang dan kehangatan yang diberikan orangtua jika terlalu berlebihan dapat memanjakan anak, sedangkan jika terlalu kurang akan gersang atau kekeringan. (Sadulloh,dkk,2007:177).

e)     Fungsi Religius 
Fungsi ini diarahkan untuk mendorong keluarga sebagai wahana pembangunan insan – insan yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bermoral,berakhlak dan berbudi pekerti luhur sesuai dengan ajaran agamanya. Disini orang tua berrperan sebagai penyampai, penyeleksi dan penafsir norma-norma dalam kehidupan sehari –hari. (Sadulloh,dkk,2007:177).

f)      Fungsi ekonomi
Fungsi ini diarahkan untuk mendorong keluarga sebagai wahana pemenuhan kebutuhan ekonomi,fisik dan maateriil yang sekaligus mendidik keluarga hidup efisien,ekonomis dan rasional. Fungsi ekonomi meliputi pencariaan nafkah,perencanaan,serta penggunaan atau pembelajarannya. (Sadulloh,dkk,2997:177).
Pelaksanan fungsi ekonomi oleh seluruh anggota keluarga mempunyai kemungkinan menambah saling pengertian,solidaritas dan tanggung jawab bersama dalam keluarga, serta dengan segala akibatnya.

g)     Fungsi rekreasi
Sadulloh,dkk (2007:178) mengemukakan bahwa dalam menjalankan fungsi ini,keluarga harus menjadi lingkungan yang nyaman, menyenangkan, cerah,ceria, hangat dan penuh semangat. Melaksanakan fungsi rekreasi oleh seluruh anggota keluarga sangat penting karena:
1.      Terjaminnya keseimbangan kepribadiaan anggota keluarga, dapat menghidari atau setidaknya akan dapat mengurangi ketegangan yang mudah timbul dalam keadaan lelah.
2.      Rasa aman dan santai yang ditimbulkan rekreasi mempermudah munculnya kesenangan lahir batin,muncul saling mengerti,memperkokoh kerukunan dan solidaritas serta saling memperhatikan kepentingan masing-masing.
3.      Rasa nyaman dan betah dalam keluarga menimbulkan rasa sayang dan rasa memiliki kepada keluarga, serta keinginan untuk memeliharanya secara bersama-sama.kerjasama dan tanggung jawab.
4.      Menghormati serta memperhatikan kepentingan masing-masing anggota keluarga,diseratai dengan identifikasi terhadap norma yang berlaku dalam keluarga.

h)    Fungsi biologis
Fungsi ini diarahkan untuk mendorong keluarga sebagai wahana untuk menyalurkan kebutuhan reproduksi sehat bagi semua anggota keluarganya. Keluarga disini menjadi tempat untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar seperti kebutuhan akan keterlindungan fisik seperti kesehatan,sandang, pangan dan papan dengan syarat-syarat tertentu sehingga keluarga memungkinkan seluruh anggotanya dapat hidup didalammya,sekurang-kurangnya dapat mempertahankan hidup. (Sadulloh,dkk,2007:178).


C.                PERUBAHAN FUNGSI KELUARGA

Pada masyarakat tradisional orangtua memiliki tanggung jawab penuh terhadap pendidikan anak mereka. Pada masyarakat tradisional orangtua mengajar pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk hidup, orangtua pula yang melatih dan memberi petunjuk anak-anaknya sampai anak mencapai dewasa. Dalam keluarga tradisional orang tua memegang otoritas penuh atas anak-anak mereka. (Sadulloh,dkk.2007:180).
Dengan berubahnya kehidupan masyarakat dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern,maka pola kehidupan keluarga pada masyarakat modernpun mengalami perubahan. Pada masyarakat modern anggota keluarga cenderung lebih kecil,memiliki stuktur yang kurang stabil,lebih demokratis dalam mengambil keputusan,amat tergantung kepada jasa pelayanan orang lain,dan kehidupan yang terdiferensiasi serta terspesialisasi yang makin jelas dan tajam. Dalam masyarakat modern orangtua harus membagi otoritas dengan oranglain,terutama guru dan dengan anak mereka sendiri yang memperoleh pengetahuan baru dari luar keluarga. Hubungan orangtua pun berubah dari hubungan orangtua dengan anak yang bersifat otoritatif menjadi hubungan yang bersifat kolegial. (Sadulloh,dkk.2007:180)
Dengan gambaran seperti diatas,maka pendidikan yang mulanya tanggung jawab keluarga sepenuhnya,sekarang diambil alih oleh sekolah dan lembaga-lembaga sosial lainnya. Tugas ibu dalam membimbing dan membimbing anaknya diambil alih “babby sitter”,”kelompok bermain dan taman kanak-kanak’. Demikian pula dalam memberi bekal pengetahuan dan keterampilan sebagai persiapan untuk kerja dan hidup pada anak tidak dilakukan lagi oleh ayah,tetapi oleh lembaga pendidikan formal yaitu sekolah. (Sadulloh,dkk.2007:181).
Perubahan fungsi-fungsi yang ada dalam suatu keluarga ataupun masyarakat secara keseluruhan turut mempengaruhi perubahan fungsi-fungsi sosial keluarga. Fungsi-fungsi sosial yang mengalami perubahan adalah:

1. Fungsi Pendidikan:
Dahulu keluarga merupakan satu-satunya institusi pendidikan. Fungsi pendidikan keluarga ini telah mengalami banyak perubahan. Secara informal fungsi pendidikan keluarga masih tetap penting, namun secara formal fungsi pendidikan itu telah diambil alih oleh sekolah. Dalam hubungan dengan hal itu, Nasution (1983), menyebutkan fungsi sekolah antara lain: (a) sekolah mempersiapkan anak untuk suatu pekerjaan; (b) sekolah memberikan keterampilan dasar; (c) sekolah membuka kesempatan memperbaiki nasib; (d) sekolah menyediakan tenaga pembangunan; (e) sekolah membantu memecahkan masalah-masalah sosial; (f) sekolah mentransmisi kebudayaan; (g) sekolah membentuk manusia yang sosial; (h) sekolah merupakan alat mentransformasi kebudayaan.
Proses pendidikan di sekolah menjadi makin lama (dari tingkat TK sampai Perguruan Tinggi) dan pengaruhnya menjadi semakin penting. Apabila dahulu fungsi sekolah terbatas, pada pandidikan intelek, maka kecenderungan sekarang pendidikan sekolah diarahkan kepada anak sebagai ‘pribadi’. Guru dengan bantuan counselor, school psychologist, ataupun clinical psychologist, dan social worker bersama sama membantu anak agar berhasil menyesuaikan diri dalam masyarakat di mana dia hidup/berada.
2. Fungsi Rekreasi
Dahulu keluarga merupakan medan rekreasi bagi anggota-anggotanya. Sekarang pusat-pusat rekreasi di luar keluarga, seperti : bioskop, panggung sirkus, lapangan olah raga, kebun binatang, teman-teman, night club dan sebagainya lebih menarik minat dan perhatian bagi keluarga. Demikian pula rekreasi dalam kelompok sebaya menjadi semakin penting terutama bagi anak-anak dalam suatu keluarga. Perubahan tersebut menimbulkan kurang lebih dua akibat, yaitu: (a) jenis-jenis rekreasi yang dialami anggota-anggota keluarga menjadi lebih bervariasi, dan (b) anggota keluarga lebih cenderung untuk mencari hiburan di luar keluarga.
3. Fungsi Keagamaan             
Dahulu keluarga merupakan pusat pendidikan upacara (ritus-ritus keagamaan) , ataupun ibadah bagi para anggota-anggotanya di samping peranan yang dilakukan oleh institusi agama. Proses sekularisasi dalam masyarakat dan merosotnya pengaruh institusi agama menimbulkan, kemunduran fungsi keagamaan dalam keluarga.
4. Fungsi Perlindungan
Dahulu keluarga berfungsi sebagai perlindungan atau memberikan perlindungan, baik  fisik maupun sosial, kepada para anggotanya. Sekarang ini, banyak fungsi perlindungan dan perawatan telah diambil alih oleh badan-badan sosial, seperti: tempat perawatan bagi anak-anak cacat tubuh dan mental, anak yatim piatu, anak-anak jalanan/anak nakal, lansia, dan sebagainya.

D.                KELUARGA SEBAGAI LINGKUNGAN PENDIDIKAN
Dalam hubungannya dengan pendidikan,lingkungan keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama,berlangsung secara wajar dan inforamal, orangtua sebagai pendidik betul-betul merupakan peletak dasar kepribadiaan anak. Dasar kepribadiaan tersebut akan bermanfaat atau berperan terhadap pengaruh atau pengalaman selanjutnya,yang datang kemudian. Jadi,tugas orang tua dalam mendidik anak-anaknya terlepas dari kedudukan,keahlian atau pengalaman dalam bidang pendidikan yang resmi. (Sadulloh,dkk.2007:181).
Melalui pendidikan dalam keluarga, anak bukan saja diharapkan agar menjadi suatu pribadi yang mantap,yang secara mandiri dapat melaksanakan tugas hidupnya dengan baik,melainkan ia diharapkan dapat menjadi anggota masyarakat yang baik. Suatu pribadi hanya akan menatap bila ia membuktikan dirinya tangguh dalam melaksanakan hidupnya dalam masyarakat,sedangkan pelaksanaan hidup dalamm masyarakat secara baik hanya akan dapat dilaksanakan oleh suatu pribadi yang mantap. (Sadulloh,dkk.2007:182).
a) Peranan Ibu
Ibu dalam keluarga merupakan orang yang pertama kali berinteraksi dengan anaknya,dari ibunya anak mengenal keamanan lahir batin. Ibu mengenalkan kepada anak dunia yang sangat membahagiakan,yaitu dunia kasih sayang,dunia aman serta damai. Dari seorang ibu diharapkan ia menghadapi anaknya dengan penuh kash sayang,sehingga dikatakan bahwa” ibu berperan sebagai lambang kasih sayang”. (Sadulloh,dkk.2007:183).
Menurut Ngalim Purwanto (sadulloh,2007:183) sesuai dengan fungsi serta tanggung jawabnya bahwa peranan ibu dalam pendidikan anak-anaknya:1) sumber dan pemberi kasih sayang,2) pengasuh dan pemelihara,3) tempat mencurahkan isi hati,4) pengatur dalam kehidupan berumah tangga,5) pembimbing hubungan pribadi,6) pendidik dalam segi-segi emosional
b) Peranan Ayah
Ayah sering tampil sebagai tampuk pimpinan dalam keluarga, sehingga sehubungan dengan anak dikatakan”ayah sebagai lambang wibawa”. Tindakan ayah dan ibu diharapkan saling mengimbangi dan keduanya tampil sebagai penjelas nilai-nilai yang dianut keluarga yang bersangkutan (Waini Rasyidin dan M.I Soelaeman dalam Depdikbud,1985)
Menurut Ngalim Purwanto (sadulloh,2007:184) peranan ayah:1) sumber kekuasaan dalam keluarga,2) penghubung intern antara keluarga dengan masyarakat atau dunia luar,3) pemberi rasa aman bagi seluruh anggota keluarga,4) pelindung terhadap ancaman dari luar,5)hakim atau yang mengadili akan terjadi perselisihan dan 6) pendidik dalam segi-segi rasional.
c) Peranan Nenek
Selain oleh ibu dan ayahnya,banyak pula anak-anak yang menerima pendidikan dari neneknya. Umumnya nenek itu merupakan sumber kasih sayang yang mencurahkan kasih sayang yang berlebihan terhadap cucunya,tetapi biasanya mereka tidak mengharapkan sesuatu dari cucunya itu. Tidak jarang dalam satu keluarga yang tinggal bersama neneknya mengalami suatu perselisihan antara orangtua dengan neneknya tersebut dalam hal menentukan dalam cara mendidik anak/ cucunya tersebut. Memang ada kecenderungan bahwa pihak nenek merasa terpanggil untuk ikut campur dalam merawat dan membesarkan cucunya sesuai dengan pola dan pengalamannya, serta tingkat keikut campurannya itu bermacam-macam dari yang sekedarnya sampai dengan sebagai penentu segala-galanya yang berhubungan dengan cucunya.

d) Peranan Anggota Keluarga yang Lain 
Dalam kehidupan keluarga yang besar (extended family) biasanya bukan orangtuanya saja yang berperan dalam memberikan pendidikan terhadap anaknya,tetapi anggota keluarga yang lain pun turut berperan. Misalnya seorang bibi yang diberi tugas untuk mendidik keponakannya dikala orangtua anak tersebut sedang sibuk bekerja. Oleh karena itu masing- masing anggota keluarga hendaknya berupaya melaksanakan peranannya dalam mempersiapkan anak agar menjadi manusia yang berguna baik bagi pribadinya,keluarganya,masyarakat dan bahkan bagi bangsa dan umat manusia serta sebagi makhluk Tuhan Yanga Maha Esa.




BAB III
KESIMPULAN

A. Simpulan

Keluarga adalah suatu persekutuan hidup yang dijalani rasa kasih sayang diantara dua jenis manusia, yang bermaksud untuk saling menyempurnakan diri, terkandung juga kedudukan dan fungsi sebagai orang tua.
Fungsi keluarga yaitu :   fungsi edukasi, fungsi sosialisasi anak,fungsi proteksi, fungsi afeksi(perasaan), fungsi religius, fungsi ekonomi, fungsi rekreasi, fungsi biologis.
Fungsi-fungsi sosial yang mengalami perubahan adalah: fungsi pendidikan, fungsi rekreasi, fungsi keagamaan, fungsi perlindungan.
Melalui pendidikan dalam keluarga, anak bukan saja diharapkan agar menjadi suatu pribadi yang mantap,yang secara mandiri dapat melaksanakan tugas hidupnya dengan baik,melainkan ia diharapkan dapat menjadi anggota masyarakat yang baik. Suatu pribadi hanya akan menatap bila ia membuktika dirinya tangguh dalam melaksanakan hidupnya dalam masyarakat,sedangkan pelaksanaan hidup dalam masyarakat secara baik hanya akan dapat dilaksanakan oleh suatu pribadi yang mantap.



DAFTAR PUSTAKA

Sadulloh,uyoh.2009.pedagogika.Bandung:Upi Press

www.academia.edu